Minggu, Maret 08, 2009

Tenggelam Dalam Kesibukan Dunia Sehingga Hati Menjadi Budak Dunia

Musibah zaman sekarang, fitnah zaman sekarang di dunia ini adalah "Harta". Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam telah bersabda :
"Sesungguhnya setiap umat pasti ada fitnahnya dan fitnah umatku adalah harta." (Hadits riwayat At-Tirmidzi (2336) dalam kitab Az-Zuhd 'an Rasulullah, bab : Keterangan bahwa fitnah umat ini adalah harta. Ia berkata : Hadits Hasan shahih gharib. Dan diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (17017)).

Banyak kita lihat para pemuda larut dalam fitnah dunia yang menyeretnya kepada kesibukan-kesibukan duniawi. Ia sibuk mengumpulkan harta-harta. Itulah yang membuatnya binasa di lembah harta. Lalu para pemuda itu berteriak : "Mana jalan keluarnya!?"

"Apakah kami mesti meninggalkan pekerjaan untuk mengumpulkan harta setelah mengetahui tercelanya dunia atau kami tetap bekerja dan berusaha sehingga kami menjadi perancang kehidupan dunia!?"

Untuk menyingkap jawaban dalam masalah ini; sesuatu yang menjadi tujuan sekunder dan tidak menjadi tujuan primer haruslah disandarkan kepada maksud melakukannya. Sebab dengan begitu akan tampaklah nilai keutamaannya. Dunia pada dasarnya bukanlah sesuatu yang harus dijauhi. Namun dunia bisa menjadi penghalang seorang hamba untuk bisa sampai kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Harta pada dasarnya bukanlah sesuatu yang dibenci. Bahkan sebaliknya, kadang kala harta menjadi sesuatu yang di tuntut. Namun bila harta itu melalaikan seseorang dari Allah, maka disitulah ia menjadi tercela. Dunia pada dasarnya bukanlah sesuatu yang buruk. Namun ia bisa menciptakan halangan-halangan. Kefakiran pada dasarnya bukanlah sesuatu yang diminta. Hanya saja kefakiran melenyapkan tembok penghalang dan tidak membuat seorang hamba sibuk dengan harta sehingga lupa mengingat Allah.

Akan tetapi, berapa banyak orang-orang kaya yang tidak disibukkan dengan kekayaannya dari mengingat Allah! Seperti nabi Sulaiman 'alaihis salam, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin 'Auf Radhiyallahu 'anhuma. Harta tidak melalaikan mereka dari mengingat Allah. Demikian juga Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu yang menjadi contoh dan teladan yang baik bagi kita semua.

Sebaliknya, berapa banyak orang-orang miskin yang disibukkan dengan kefakirannya dari tujuan dan dijauhkan dari kedekatan kepada Allah!! Sesungguhnya yang menyebabkan ia lalai adalah kecintaan kepada dunia. Sebab, tidak akan terkumpul cinta dunia dan cinta Allah dalam hati seorang hamba selama-lamanya. Dan
Orang yang mencintai sesuatu pasti disibukkan dengan yang dicintainya itu, baik saat jauh darinya maupun saat dekat dengannya. Bahkan kesibukannya mengingat kekasih ketika jauh darinya lebih parah lagi.

Dunia adalah dambaan orang-orang yang lalai. Orang yang dijauhkan darinya adalah orang-orang yang sibuk mengejarnya. Orang yang menguasai dunia adalah orang-orang yang sibuk menjaganya dan bersenang-senang menikmatinya. Oleh karena itu, jika engkau memandang masalah ini dengan pandangan yang lebih dalam maka akan jelas bagimu bahwa orang fakir lebih terhindar dari bahaya harta dunia. Karena fitnah yang menimpa orang-orang yang berharta lebih besar daripada yang menimpa orang-orang yang kekurangan. Dan yang paling selamat adalah engkau tidak bertemu dengan fitnah itu!

Maka dari itu, keteguhan dan tidak mundur ke belakang adalah dengan memahami hikmah dibalik kefakiranmu. Engkau dijauhkan dari harta, sebab bila engkau kaya engkau bisa sesat dan disibukkan dengan harta. Allah menahannya atasmu agar kamu bisa selamat. Jika engkau memahami hikmah ini, niscaya engkau bisa bersabar. Itulah arti ucapan Syaibaan Ar-Raa'i :
"Hitunglah kebaikan harta yang Allah tahan terhadap dirimu, sebab Dia menahannya darimu bukanlah karena bakhil. Sesungguhnya Dia menahannya karena kemahalembutan-Nya terhadapmu."

Jika Allah menahan harta darimu maka sesungguhnya Dia kasih terhadapmu, supaya kamu tidak sesat dan tidak tergelincir. Jika engkau memahami hal ini niscaya engkau bisa bersabar dan ridha.

Ketahuilah bahwa berpisah dengan sesuatu yang dicintai sangatlah pedih. Jika engkau mencintai dunia, engkau benci bertemu dengan Allah. Menyongsong kematian bagimu menjadi sesuatu yang sangat engkau benci, berpisah dari sesuatu yang engkau cintai. Perlu engkau ketahui, tidaklah seorang berpisah dengan kekasih yang dicintainya melainkan sakit yang dialami karena perpisahan pasti sesuai dengan kadar kecintaan dan kedekatannya dengan kekasihnya itu. Maka seharusnya engkau mencintai sesuatu yang tidak akan berpisah denganmu, yakni Allah Subhanahu wa Ta'ala. Janganlah engaku mencintai dunia, karena ia akan meninggalkanmu dan engkau akan meninggalkannya. Oleh karena itu janganlah engkau terlalu berambisi terhadap dunia!

Solusinya.. Pengobatannya wahai saudaraku :
  1. Tidak terlalu berambisi terhadap dunia, dan tidak terlalu bebas terhadap perkara-perkara yang dibolehkan. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam membenci terlalu banyak bermegah-megahan... yakni kemewahan. Dalam hadits Abdu bin Buraidah Radhiyallahu 'anhu ia berkata : "Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam melarang kami terlalu banyak bermewah-mewahan." (Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (23449) dan Abu Dawud dalam Sunannya (4160) dalam kitab At-Tarajjul, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albaani dalam Shahih Sunan Abu Dawud (3506).
  2. Ambillah dunia sekadar kebutuhanmu. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda : "Beruntunglah orang yang mendapat petunjuk dan diberi rezeki secukupnya serta Allah memberinya sifat Qona'ah terhadap apa yang telah Allah berikan kepadanya."
  3. Mengejar perbendaharaan akhirat. Bukan syarat engkau harus punya mobil, berharaplah pahala yang disediakan di sisi Allah. Bukan syarat engkau harus memiliki istri yang cantik, tunggu sajalah bidadari-bidadari jannah yang disediakan untukmu.
  4. Sesungguhnya pada diri Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam terdapat teladan yang baik bagimu. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda : "Tidak ada ambisiku terhadap dunia. Sesungguhnya kedudukanku terhadap dunia seperti musafir yang berteduh di bawah naungan pohon, tak lama kemudian ia pun berangkat meninggalkannya."
Allahu Ta'ala A'lam...

Maroji' : Futur Sindrom, Awal Petaka! (terj.), Muhammad bin Husein Ya'qub, At-Tibyan.


  0 Comments:

Posting Komentar

<< Home


Hilda Ummu Izzah

Buat Lencana Anda